9 bulan 9 hari
Awal episode sebuah pengorbanan tanpa rehat
Bermula dengan nyawa yang tergadaikan di antara ujung rambut
Sebagai taruhan kelahiran baru titipan Ilahi
Di rumah yang usang, pada kesakitan yang sangat mendalam
Meregang nyawa bergelut dengan maut
Tubuh menuju mati rasa, batin berpesan mesrah
Nak, bila ibu tidak selamat ingatlah bahwa ibu mencintaimu lebih dari apapun
Nak, saat engkau lahir ingatlah bahwa cinta ibu tak ada duanya
Itu saja, pesan menjelang tangisan pertama
Diiringi ketakutan dan cemas dari pendamping setia
Syukur terucap
Pujian terserukan waktu kelahiran buah hati
Namun,,perngorbanan belum usai
Bangun tengah malam menjadi kebiasan untuk menyusui
Beranjak mengasuh, membesarkan dan mendidik penuh kesabaran
Hingga ia lelah hingga ia menua
Ibu
Aku tak sanggup berkata-kata
Aku hanya ingin bercerita tentang kerinduan ku
Ingatkah ibu waktu kita hanya punya sesuap nasi, ibu bilang makanlah nak, ibu tidak lapar
Saat lauknya cuma satu, ibu bilang makanlah nak, ibu sedang tidak ingin makan lauk
Waktu tersisa segelas air, ibu bilang minumlah nak, ibu belum haus
Saat malam ketika aku hendak memijit kakimu, ibu bilang cepatlah tidur nak, ibu tidak penat
Waktu aku menangis saat ibu sakit, lalu ibu bilang, jangan menangis anakku, ibu tidak apa-apa
Saat kusisihkan uang untuk mu berobat, ibu bilang simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang
Ibu
Saat ini aku sadar kalau waktu itu ibu hanya berpura-pura, karena untukku segalanya
Ibu telan semua penderitaan asalkan aku bahagia
Ibu
Masihkah ibu mengingatnya?
Saat aku diberi nama, ibu memanggilku aku diam saja
Saat ibu ambilkan aku makan, lalu aku menumpahkannya
Saat tetes keringatmu ibu belikan aku mainan, aku bilang aku tak suka
Saat ibu berikan aku sepeda, lalu aku merusaknya
Saat ibu ajari aku menulis, lalu aku sesukaku mencoret-coret dinding rumah
Saat ibu minta aku belajar, aku lebih suka tidur dan bermain
Saat sekarang aku jauh darimu, aku lebih sering menelpon kawanku ketimbang tanya kabarmu
Ibu
Aku tau saat ini kau lelah
Terbaring letih saat cahaya temaram menjelma
Berkeringat basah bersandarkan asa
Tulangmu merapuh kulitmu mengeriput
Pipimu mengempis rambutmu memutih
Namun ibu tetap bertahan, dalam sebuah episode pengorbanan tanpa arah
Ibu
Ranting-ranting patah yang kau taklukkan
Keringat darah yang kau cucurkan
Memang belum berbuah apa-apa, atau mungkin takkan pernah
Tapi percayalah
Episode kisah pengorbananmu akan dibalas oleh-Nya
Ibu
Aku rindu manjamu, aku rindu suapan nasi dari tanganmu
Aku rindu tawamu, aku rindu belai mesra lentik jarimu
ibu
Zhu_asr 19 Desember 2014
terinspirasi dari tulisan selasa malam dan Marcello
0 comments:
Post a Comment