Saturday, December 20, 2014

EPISODE PENGORBANAN

9 bulan 9 hari

Awal episode sebuah pengorbanan tanpa rehat

Bermula dengan nyawa yang tergadaikan di antara ujung rambut

Sebagai taruhan kelahiran baru titipan Ilahi

Di rumah yang usang, pada kesakitan yang sangat mendalam

Meregang nyawa bergelut dengan maut

Tubuh menuju mati rasa, batin berpesan mesrah

Nak, bila ibu tidak selamat ingatlah bahwa ibu mencintaimu lebih dari apapun

Nak, saat engkau lahir ingatlah bahwa cinta ibu tak ada duanya

Itu saja, pesan menjelang tangisan pertama

Diiringi ketakutan dan cemas dari pendamping setia

Syukur terucap

Pujian terserukan waktu kelahiran buah hati

Namun,,perngorbanan belum usai

Bangun tengah malam menjadi kebiasan untuk menyusui

Beranjak mengasuh, membesarkan dan mendidik penuh kesabaran

Hingga ia lelah hingga ia menua

Ibu

Aku tak sanggup berkata-kata

Aku hanya ingin bercerita tentang kerinduan ku

Ingatkah ibu waktu kita hanya punya sesuap nasi, ibu bilang makanlah nak, ibu tidak lapar

Saat lauknya cuma satu, ibu bilang makanlah nak, ibu sedang tidak ingin makan lauk

Waktu tersisa segelas air, ibu bilang minumlah nak, ibu belum haus

Saat malam ketika aku hendak memijit kakimu, ibu bilang cepatlah tidur nak, ibu tidak penat

Waktu aku menangis saat ibu sakit, lalu ibu bilang, jangan menangis anakku, ibu tidak apa-apa

Saat kusisihkan uang untuk mu berobat, ibu bilang simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang

Ibu

Saat ini aku sadar kalau waktu itu ibu hanya berpura-pura, karena untukku segalanya

Ibu telan semua penderitaan asalkan aku bahagia

Ibu

Masihkah ibu mengingatnya?

Saat aku diberi nama, ibu memanggilku aku diam saja

Saat ibu ambilkan aku makan, lalu aku menumpahkannya

Saat tetes keringatmu ibu belikan aku mainan, aku bilang aku tak suka

Saat ibu berikan aku sepeda, lalu aku merusaknya

Saat ibu ajari aku menulis, lalu aku sesukaku mencoret-coret dinding rumah

Saat ibu minta aku belajar, aku lebih suka tidur dan bermain

Saat sekarang aku jauh darimu, aku lebih sering menelpon kawanku ketimbang tanya kabarmu

Ibu

Aku tau saat ini kau lelah

Terbaring letih saat cahaya temaram menjelma

Berkeringat basah bersandarkan asa

Tulangmu merapuh kulitmu mengeriput

Pipimu mengempis rambutmu memutih

Namun ibu tetap bertahan, dalam sebuah episode pengorbanan tanpa arah

Ibu

Ranting-ranting patah yang kau taklukkan

Keringat darah yang kau cucurkan

Memang belum berbuah apa-apa, atau mungkin takkan pernah

Tapi percayalah

Episode kisah pengorbananmu akan dibalas oleh-Nya

Ibu

Aku rindu manjamu, aku rindu suapan nasi dari tanganmu

Aku rindu tawamu, aku rindu belai mesra lentik jarimu

ibu


Zhu_asr 19 Desember 2014
terinspirasi dari tulisan selasa malam dan Marcello  
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 comments:

Post a Comment