Wednesday, November 19, 2014

Ukiran Sejarah Silam


Berdiri tegap para pencari keadilan ditepian mimpi
Menyingsingkan lengan baju sudah siap untuk mati
Mereka memegang sebilah senjata yang hanya mampu menyayat bagian luar daging yang empuk
Sementra hanya kepasrahan yang menguatkan hati, hanya itu
Ditinggalkan anak, istri, suami dan keluarga di lorong-lorong penantian yang tak menyisakan apa-apa
Senyum ketakutan dari orang yang ditinggalkan mengawali langkah kaki pertama
Untuk memulai ayunan tangan hendak membumi hanguskan para penjajah bangsa
Sibak menyibak darah bercucuran dimana-mana
Menetes tak terhitung jumlahnya
Tetes cairan merah itu menandakan bahwa mereka telah memulai perlawanan yang bergejolak
Satu-persatu mereka jatuh berguguran
Disaksikan matahari yang redup dan rembulan yang malu
Tanahpun bergetar mengantarkan mereka ke nafas terakhir
Ombak lautan menghempas keras menandakan mereka telah berpulang ke sisi-Nya
Selamat jalan kawan, suara piluh dari pangkuan sahabat seperjuangan
Kami akan melanjutkan ini sampai tiba waktu kami menyusulmu
Genderang perang terus bertabuh, yang tersisapun kembali melanjutkan perlawanan
Sampai malam melewati pagi dan pagi meninggalkan malam
Lelahpun terlupa
Egopun tertelan aungan kesakitan
Sampai waktu itu semangat membuahkan hasil
Mereka menang, mereka senang, mereka berhasil menancapkan bendera merah putih
Di tiang yang kokok tak tertandingi, di hati yang dalam tak terselami
Mengukir sejarah semerah darah
Mewujudkan cita-cita seputih tulang
Hingga kini menjelma, mengabadi, dihati kami putra dan putri
Zhu Asr 9 November 2014

0 comments:

Post a Comment